Sebuah renungan untuk diri kita ....
Labels:
Dunia Cerita,
gogo,
Pesan Moral dan Motivasi
Seorang tukang air memiliki dua tempayan
besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang
dibawa menyilang pada bahunya.
Satu dari tempayan itu retak, sedangkan
tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu
selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang Dari mata air
ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah
penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap
hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke
rumah majikannya. tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga
akan prestasinya, Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan
ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan
setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan
pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, “Saya
sunggh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa?” Tanya si tukang air.
“Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi.” Kata tempayan itu.
“Kenapa?” Tanya si tukang air.
“Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi.” Kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si
tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita
kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga
indah di sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si
tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga
indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.
Namun pada akhir perjalanan, ia kembali
sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali
tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan
itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di
sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang
lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu
dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di
sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang
dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku
telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan
kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat
menghias rumahnya seindah sekarang.”
Setiap dari kita memiliki cacad dan
kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika
kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya.
Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada
yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah
kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.
Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar